Wednesday, July 6, 2011

MISTERI LAWANG SEWU (COPASAN DARI GOOGLE )

Mmmhh hanya berkilas balik kepada beberapa bulan yg lalu saat saya mengunjungi kota Semarang.
Saat itu saya sedang mengunjungi kakak ipar dan juga tante saya.
Saya mnyempatkan singgah utk membeli oleh2 (apalagi kalau bukan bandeng presto! nyummyy :) )
Nah pada saat itu sebenernya saya juga sedang menunggu rombongan sepupu2 saya yang telat dateng (dari bdg – semarang). Akhirnya karena jemu menunggu ntah dari mana kepikiran untuk mengunjungi lawang sewu.
Tentu saja, bukan soal sejarah sebenernya (walaupun penasaran juga asal usul lawang sewu), tapi inti dari berjalan kesana saya pengen tau, beneran gak sih, kisah2 misteri yg saya dengar?
Yah tau dong, ttg hantu-hantu yang berkeliaran itu?
Akhirnya ya sudah kita BP (bocah petualang), tepat jam 7 lgsg kesana.
Suasana masih kosong, masih rada2 ragu juga, soalnya memang dari luar tampak begitu menyeramkan, dan gelap. Ya udah kepikiran lg, ah nunggu 1 jam-an lg deh, mana tau sepupu2 dah dateng, jadi masuknya barengan.
Selagi menunggu kita ngomong2 sama gaet/pawang sana. Dia meyakinkan kami, kalau semua baik2 aja selama ada dia. Dia bilang gak usah takut, berpikiran positif saja, dan utamakan sejarahnya. Dia juga bilang, klo semakin malam, disini semakin rame jadi gak usah khawatir, apalagi kalau malam jumat (kebeneran kami pada saat itu malam kamis).
Bener aja, 1 jam berlalu yang datang kesana semakin byk. Yg tadinya hanya kami saja, tepat jam 8, ada 7 rombongan motor, dan 3 rombongan mobil. Suasana menjadi agak sedikit riuh.
Karena bosan menunggu, dan nyali juga udah besar, kita beraniin masuk.
Sampailah kita pada pintu depan.
Sungguh menyeramkan, suasana gelap. Mata harus menyesuaikan dengan remang2, untungnya kami di bantu oleh cahaya senter. Sang pawang mulai beraksi, ia menyorot dinding yg banyak tercantum nama dan photo, ia pun mulai menyeritakan siapakah nama gerangan2 diatas. Sang pawang pandai membawa suasana, sehingga rasa takut mulai hilang berganti menjadi rasa penasaran. Kita akhirnya malah mengintrogasi si pawang, karena merasa seru.
Sampai kami akhirnya ke lantai dua kami pun sempat berfoto ria, indah terlihat dari atas, di teras kantor belanda, langsung terlihat pemandangan luar.
Lawang sewu 2008
Namun perasaan seru kami hilang saat memasuki lantai 3. Tepatnya di ruang penyiksaan Jepang (dulunya itu dijadikan gudang oleh Belanda, namun saat peralihan oleh pemerintahan jepang dijadikan ruang penyiksaan).
Bau nya sangat menusuk, dan sungguh gelap. Bukan hanya itu, ada perasaan lain di ruang itu, saya khususnya merasa di perhatikan oleh seseorang atau lebih tepatnya oleh mahluk lain. Segera saya meminta agar segera turun saja ke bawah.
Sampai bawah, kami memasuki wilayah terakhir, gedung penyiksaan bawah tanah. Saya dengar dulunya ini adalah tempat paling angker. Hati saya pun jadi gak enak. Namun ternyata begitu sampai bawah, berbeda dengan yg saya pikirkan. Ternyata tempat itu sudah di kelola oleh pemerintahan, tempatnya jadi rada bersih, dan rada rame. Pada saat menuju ruang sana, ada beberapa mahasiswa bermain gitar, cukup mencairkan suasana.
Sampai pada pintu bawah tanah, kita berganti pawang (yg ini khusus pawang bawah tanah). Kita disuruh membayar Rp 8000 utk menyewa sepatu boot, karena di bawah memang tergenang air sampai betis.
Dibawah memang ternyata cukup menyeramkan, bukan hanya pemandangannya tetapi cerita dibalik itu yg bikin berdelik dan mendendam.
Dibawah itu saya melihat berbagai tempat penyiksaan dan penjara.
1. Penjara berdiri : tahanan (yang pastinya orang indonesia) dimasukan kedalam ruangan kurang lebihberukuran lebar 1×1 meter sebanyak 6 orang. Mereka lalu di beri air selutut kemudian di kurung berdiri. Dengan ukuran sesempit itu maka tidak mungkin jongkok, seandainya jongkok pun mereka akan terlelap air. Mereka akan dikurung sampai meninggal.
2. Penjara jongkok : tahanan harus duduk jongkok di ruangan kurang lebih selebar 1,5 m dan setinggi 1 m sebanyak 7- 8 orang dan juga dikurung sampai meninggal.
3. Tempat pemasungan kepala : tahanan yg membandel, akan dilakukan pemasungan kepala, didalam sebuah bak. Saat itu saya masih melihat alat pasungnya yg sudah berkarat. Setelah di pasung kemudian badan dan kepala secara diam2 di tenggelamkan ke sungai dengan jalan bawah tanah.
4. Perantai Badan : Tempat merantai badan, kemudian mereka disiksa, baik di cambuk disundut rokok, atau cara2 menyedihkan lainnya.
Masih banyak lagi ruangan2 yang lain, namun itu yg ruangan plg berkesan bagi saya.
Dulunya tempat itu merupakan tempat penampungan air oleh tentara Belanda.
Namun tentara Jepang menjadikannya tempat penyiksaan.
Yang baru diketahui setelah Pemerintahan Jepang angkat kaki dari Indonesia yaitu sekitar tahun 1945 .
Nah, akhirnya saya menyelesaikan perjalanan yg cukup melelahkan itu fiuhhh,,,
Eitssssss tunggu dulu cerita belum berakhir!
Ternyata begitu sampai diluar, kebeneran saudara2 saya baru sampai. Akhirnya setelah setengah jam istirahat, mereka minta kembali ditemani masuk kedalam.
Ya sudah kita mau mau saja.
Namun ternyata walahhhh mereka mengandung hawa negatif heheh
maklum mereka pada cowo semua, jadi rada usil.
Benar saja, begitu sampai dalam, mereka bertingkah seperti anak2, saling mengejutkan dan bertindak konyol yang sangat tidak penting!
sampai2 si pawang memperingatkan secara halus, agar kita jangan berisik, karena sudah ada yg memperhatikan, namun mereka tampaknya tak percaya, dan malah semakin membuat hal2 konyol yg tidak penting lainnya.
Akhirnya pas naik ke lantai 3, yg tadinya mereka usil, akhirnya pada diem semua. Ternyata dilantai ini, bukan hanya saya aja yg merasa gak enak, tetapi semuanya punya perasaan sama.
Saat dilantai 3 Gudang atas, kami seperti merasa di kepung, sepertinya kami diperhatikan oleh “orang lain” bulu kuduk kami pada naik. Lagipula saat itu suasana tiba2 menjadi hangat.
Karena udah merasa super gak enak, akhirnya saya dengan nada teriak bilang “Udah Ah!” dan langsung kabur kebawah, yang lain pada ikutan ngacir, smbil bilang “woy tunggu tunggu” !
Any way, akhirnya kami sampai di bawah, ntah karena apa akhirnya sang pawang membawa kami pada suatu lorong yg tidak di tunjukkan pada aya sebelumnya.
Kami disuruh berhenti dan jongkok diam.
Ia lalu mematikan senternya, tidak berapa lama ia mengedap-ngedipkan senternya.
Lalu ia berkata ” kalian liat gak di ujung sana, liat keatas”
semua terdiam sambil melihat keujung atas.
Sepupu saya berdua udah melihat, “oh yg bayangan item itu yah pak?”
akhirnya dua yg lain melihat ” oh bayangann itu ya pak kok kayaknya mendekat?”
saya bingung sambil terus memicing-micingkan mata saya, lalu akhirnya saya dapat melihatnya saat sudah berjarak dekat sekali dari saya (kira-kira 3 meter).
Sebuah bayangan hitam berbentuk seperti manusia tergantung diatas, matanya bewarna hijau menyala, ia berjalan merangkak diatas sana berusaha mendekati kami. jalannya pelan, persis seperti bayi merangkak namun tentunya dia merangkak di atas langit-langit.

Saya tercekat, karena itu adalah pengalaman pertama saya melihat mahluk lain.
Bergegas akhirnya sang pawang menyuruh kami langsung peergi.
langsung secepat kilat kami melangkah kabur me ninggalkan ruangan.
Fiuhhh, walaupun saya tidak melihat jelas mahluk itu, tapi sudah cukup mengerikan sekali bg saya. Sampai luar kami semua saling bengong dan saling melemparkan pertanyaan. Namun ternyata ada satu spupu saya yg tidak melhat, menurut si pawang karena indranya tidak tajam.
:)
Ya begitu deh temen2 semua akhir petualangan saya di Semarang.
Seluruh cerita ini bener saya ungkapin, dan gak ada yg saya tambah2, malah mungkin saya kurangin.
Jadi intinya adalah kalau saya percaya dengan misteri lawang sewu berdasarkan pengalaman saya di Semarang.
Eits perlu diketahui. saya bukannya penggemar film hantu atau penggemar uka-uka, namun akhirnya saya percaya ada mahluk lain selain kita di luar sana semenjak petualangan saya ke lawang sewu.
Nah klo kamu gimana?
( copas dari http://ngacir.com/misteri-lawang-sewu-percayakah )

Mengenal Penghuni Alam Gaib Lawang Sewu Semarang


GUNUNG LAWU yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ditengarai banyak dihuni makhluk gaib. Namun ada di antara mereka yang kesasar di Lawang Sewu sejak 450 tahun lalu, yakni Abdi Dua Lawu. Menurut Mbah Bejo, dhemit ini suka bikin onar dan mengacau sampai sekarang.
Wajahnya memang tidak menakutkan, tapi kemana-mana selalu membawa parang. Sehingga penampakannya sering membuat takut yang melihat. Setelah dia berbuat onar atau usil biasanya akan cepat menghilang, karena takut bila ada yang menyiksanya dengan membaca ayat-ayat Alquran.
Demit Abdi Dua Lawu menempati tangga penghubung bangunan sebelah utara dan tangga beton menuju lantai dua.
Ketika dilukis, dia sedang duduk bersila di lantai dua dekat tangga. Cara berpakaian selalu rapi dan memakai sorban putih kesayangannya. Setiap bulan Suro akan kembali ke Gunung Lawu untuk menambah ilmunya. Demit ini bisa diminta bantuan mencarikan barang yang hilang.
Makhluk alam gaib yang menjadi penghuni gedung Lawang Sewu tidak hanya dari gunung, tetapi juga ada yang asli dari Pantai Selatan. Mereka yang pindah ini biasanya mendapat izin untuk ‘turun gunung’ dari penguasa setempat. Seperti Nyai Harjilah Rubiah, yang asalnya dari Pantai Selatan.
Dia memakai jarit dan kebaya adalah ciri khas Nyai Harjilah, yang aslinya memang dari Jawa. Wajahnya ayu, kalau berdandan suka memakai wewangian yang harum semerbak. “Biasanya, bau wangi akan muncul lebih dulu sebelum sosok pemakainya muncul,” kata Mbah Bejo Selama berada di Lawang Sewu, Nyai Harjilah yang suka mendengar suara gamelan berada di lobi utama. Seringkali menampakan diri hilir-mudik sambil menenteng tas kecil yang biasanya dibawa wanita saat kondangan.

sumber : pos metro

Namanya saja gedung tua peninggalan orang asing, tentu banyak hal gaib yang melingkup di sekitar gedung dan susah dipecahkan. Sama seperti gedung Lawang Sewu, Semarang yang ditengarai menyimpan banyak misteri ini. Konon, misteri tak terpecahkan itu berkaitan dengan keberadaan makhluk halus yang menghuni Lawang Sewu. Jumlahnya mencapai puluhan, dan itu pun susah dideteksi bagaimana kisahnya hingga mereka menjadi penghuni Lawang Sewu.
Gedung peninggalan Belanda itu sampai sekarang nampak megah jika dipandang dari bundaran monumen Tugu Muda. Wujud bangunannya kokoh, artistik, dan bergaya Eropa. Siapa saja tentu akan percaya kalau bangunan bersejarah itu dihuni oleh segerombolan makhluk halus. Pasalnya, selain bangunan tua, sudah lama gedung berpintu sekitar 1.000 (sewu, red) ini dibiarkan kosong dan tak berpenghuni. Membuat sawab sekitar mudah dimasuki oleh lelembut maupun makhluk gaib dari alam maya.
Sayangnya, pemerintah setempat sekarang kurang peka terhadap keberadaan gedung tua ini. Bangunan Lawang Sewu dianggap tak ubahnya barang rongsok yang tidak ada gunanya. Terkesan kumuh dan kotor, bahkan kalau malam sama sekali tidak ada penerangan di dalam gedung. Mungkin karena telantar membuat bangunan ini bertambah angker. Seperti wingit hingga kalau malam hari tidak ada orang yang berani lewat di depat gedung. Apalagi, sampai berani masuk ke halaman Lawang Sewu.
Hanya Soeranto semata yang sudah bertahun-tahun tinggal di pelataran gedung Lawang Sewu. Selama itu pula, Soeranto mengaku sudah tidak terhitung lagi berapa kali dia mengalami kejadian-kejadian aneh jika malam hari. Aneka rupa dan bentuk makhluk gaib menunggu gedung sudah pernah dia pergoki. Sejauh itu, berkat pengabdian Soeranto untuk menjaga gedung, dia tidak pernah gentar menghadapi lelembut penghuni setempat.
“Macam-macam wujud jelmaan penunggu sini (Lawang Sewu, red) pernah saya temui. Mulai wujudnya yang seram, begis, sampai yang lucu-lucu,” aku Soeranto. Sampai-sampai mengenai prilaku para lelembut setempat Soeranto sangat hafal betul. Termasuk ketika akan memunculkan bentuk aslinya, ada tanda-tanda khusus yang lebih dulu disampaikan para lelembut.
“Biasanya ada yang diawali dengan hembusan angin agak kencang, semilir, sampai ada yang mengeluarkan bau-bauan. Ada yang bau wangi, bau menyan, bahkan ada yang mengeluarkan bau agak busuk,” tandasnya.
Kemunculan makhluk halus ditengarai adalah arwah tentara Belanda dan Jepang itu masing-masing punya daerah kekuasaan sendiri-sendiri. Seperti di pintu depan paling barat, menurut Soeranto disitu diperkirakan dikuasai oleh sosok hantu tentara Belanda. Setiap kali muncul lelembut yang dicurigai sebagai arwah orang Belanda ini selalu mengenakan pakaian seragam serdadu lengkap dengan senapan laras panjang. Ada yang berada di pintu belakang paling timur. Termasuk menempati beberapa pintu kamar, dan ruang di lantai dua.
Lain lagi di salah satu ruang paling depan yang ditengarai dulunya menjadi pos penjagaan tentara, di sekitar tempat itu dikuasai oleh sosok lelembut yang berwujud serdadu Jepang. Khusus makhluk gaib yang satu ini, menurut Soeranto terlihat bengis dan kejam. Kumisnya panjang melintang dengan ke mana-mana selalu membawa sebilah samurai panjang.
Meski berbeda wilayah kekuasaan, tidak pernah ada kejadian keributan atau semacam pertanda adanya ontran-ontran di alam gaib antar penunggu Lawang Sewu itu. Semua selalu tenang, dan kemunculannya pun selalu pada tempat yang sama. Tidak berebutan. Mungkin saja karena sosok-sosok itu sering kali muncul dan bertemu dengan Soeranto, hingga kesannya sangat akrab.
“Cuma kalau berdialog langsung dengan mereka belum pernah. Di samping saya sendiri tidak mengerti bahasa mereka,” aku Soeranto kepada METEOR. Paling mendebarkan menurut Soeranto, tiap malam Jumat Kliwon arwah-arwah setempat sering kali menampakkan wujud aslinya. Mereka bergentayangan, bermunculan, hingga membuat suasana malam seperti ramai orang-orang bercengkerama.
Cuma paling menakutkan lagi, adalah jeritan-jeritan suara perempuan dari dalam gedung. Diperkirakan jeritan itu berasal dari jerit nonik-nonik Belanda. Bahkan, setiap muncul jeritan pasti disusul suara derap sepatu lars tentara Belanda dan Jepang. Sepertinya arwah mereka kompak, namun suara jeritan itu diperkirakan jeritan noni Belanda yang ketakutan ketika melihat aksi pembantaian Jepang terhadap tentara Belanda.
Konon, banyak tentara Belanda yang tewas disembelih tentara Jepang. Sehingga suara jeritan itu kadang disusul jeritan tentara Belanda yang kesakitan. Sementara jika mendongakkan kepala ke atas gedung, nampak ada sebuah tondon air yang dulunya difungsikan untuk menyimpan air bersih.
Sedangkan di sekitarnya, tepatnya di depan halaman gedung ada sebuah sumur tua yang setiap harinya selalu dikunci rapat-rapat. Bentuk sumur tersebut temboknya meninggi dari dasar tanah dan diberi atap genting warna merah. Di situlah paling sering terdengar tangisan nonik-nonik Belanda dan Jepang.
Namun, dari sekian banyaknya mahkluk halus yang menjaga gedung lawang sewu tersebut, menurut beberapa paranormal asal Semarang tidak akan mengganggu masyarakat apabila nekad masuk ke dalam gedung. “Dulu ada paranormal yang menerawang penghuni sini. Katanya, jumlah mereka sekitar 50 makhluk halus,” imbuhnya.

Sejak didirikan ratusan tahun lalu, gedung spektakuler peninggalan pemerintahan Belanda macam Lawang Sewu Semarang masih tetap menyimpan misteri. Sudah berulang kali orang menyingkap misteri di balik kemegahan gedung bersejarah ini. Namun, sejauh itu masih ada misteri lain yang tersisa, seiring perjalanan umur bangunan yang semakin tua. Berikut ini wartawan METEOR melaporkan sepenggal misteri yang tersisa dari Lawang Sewu itu.
Ibarat buah kelapa makin tua makin banyak santan yang dibutuhkan oleh manusia. Tidak lebih ungkapan tersebut sama pula dengan keberadaan gedung tua peninggalan Belanda macam Lawang Sewu. Makin tua umur bangunan yang berlokasi di depan Tugu Muda, Pandanaran Semarang ini, legenda yang menyelimuti makin banyak dipuji masyarakat. Wajar sebagai gedung bersejarah, Lawang Sewu semakin makin dipandang sebagai gedung berharga, berkat keantikannya.
Tak heran sampai sekarang ini, gedung yang nampaknya kurang mendapat perhatian dari Pemkot Semarang ini, dalam percaturannya masih menjadi rebutan antar para investor dan pengusaha baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan, antar pengusaha sekitar Semarang sendiri saling berebutan untuk bisa memenangkan tender mengelola gedung kuno ini.
Menurut kabar yang tersebar pada pekembangan nantinya gedung yang memiliki luas sekitar 0,50 hektar ini akan dijadikan hotel berbintang lima. Kabar yang santer terdengar, anak mantan presiden Soeharto, Bambang Triatmojo pernah berambisi membeli gedung milik negara ini untuk disulap menjadi hotel berbintang. Hanya saja, belum sampai impiannya terlaksana, keburu Soeharto lengser dan keinginannya itu pun sirna.
“Semenjak itu, sampai sekarang belum ada yang menawar lagi. Bangunan ini dibiarkan kosong dan terlantar. Kami tidak tahu mau dijadikan apa bangunan megah ini,” ujar Soeranto, 50 tahun, salah seorang penghuni gedung Lawang Sewu kepada METEOR. Dari situ Soeranto lantas menceritakan panjang lebar mengenai sejarah dan asal-usul berdirinya gedung Lawang Sewu.
Memang jika ditilik dari sejarahnya gedung ini sangatlah legendaris. Maklum sudah beberapa priode pemerintahan dan jawatan pernah menempati gedung yang dikenal sangat angker ini. Sekilas pandangan Soeranto menerawang, lalu menurut penuturannya, Lawang Sewu tersebut merupakan salah satu gedung peninggalan Belanda yang diarsiteki oleh Prof Klinkkaner dan Quendagg. Dibangun dan sekaligus berdiri sekitar tahun 1863.
Setelah itu gedung ini pada tanggal 27 Agustus 1913 ditempati oleh para tentara Belanda, hanya saja tidak berlangsung lama. Sebab, setelah itu Belanda menyerah terhadap Jepang Baru kemudian penguasaan gedung berlalih ke tangan pemerintahan Jepan baik secara administratif maupun secara perekonomian selama 3,5 tahun. Sampai kemudian bangsa Indonesia melakukan perlawanan dengan melakukan perang bersenjata melawan tentara Jepang di kawasan Tugu Muda yang dikenal dengan sebutan 5 Jam di Semarang.
Sekitar tahun 1950, tutur Soeranto, gedung tua tersebut ditempati oleh TNI-AD dibawah pimpinan Panglima Gatot Subroto. Dan, paling terakhir yang menempati adalah jawatan PT Kereta Api Jawa Tengah. Bahkan, saat itu fungsi gedung sempat dijadikan sebagai kantor wilayah Departemen Perhubungan Jateng. Hingga akhirnya gedung Lawang sewu tersebut benar-benar kosong mulai sekitar tahun 1996 sampai sekarang.
Ibarat orang yang sedang mati suri. Kondisi gedung Lawang Sewu tiap harinya sepi dari kegiatan apapun. Tidak ada lagi aktivitas ramai seperti tahun-tahun silam. Belum lagi akibat tidak pernah mendapat perhatian, keadaan sekitar gedung menjadi kotor dan kumuh. Tembok bangunan yang gempal mulai mengelupas catnya. Areal sekitar gedung nampak ditumbuhi semak belukar dan ilalang.
Ketika METEOR mencoba membuka daun pintu di salah satu kamar yang ada di dalam gedung tersebut, mendadak daun pintu terbuat dari kayu itu rapuh dan patah lantaran ditekan ke dalam. Aneh memang, ternyata bagian dalam gedung tersebut banyak sekali pintu-pintu yang bahannya terbuat dari kayu jati. Kendati demikian pintu yang berjumlah sekitar seribu itu tidak lagi mempunyai kekuatan.
Hanya masih menyimpan sebuah kenangan misteri jika sewaktu-waktu pintu salah satu kamar Lawang Sewu dibuka. Maka akan menimbulkan suara menderit yang khas. Suaranya menggema di tengah kesunyian bagian dalam gedung. Seperti mengundang arwah gentayangan yang ada di dalamnya. Sementara kalau malam hari bagian dalam gelap gulita, lantaran tidak ada satu pun lampu penerangan yang dipasang oleh pemerintah kota Semarang sekarang.
Benar-benar Lawang Sewu tidak lagi pernah diperhatikan pemerintah. Masih untung ada orang berjiwa patriotik yang rela menjaga dan tinggal di dalam gedung Lawang Sewu, seperti Soeranto juga pensiunan TNI-AD ini. Diakui Soeranto sebenarnya, tinggal di dalam Lawang Sewu sangat teduh. Asri dan bisa mengenang kejayaan masa pemerintahan Belanda.
“Namun mungkin karena tempat ini sangat angker sehingga tidak ada yang berani tinggal di sini. Orang akan menjadikan tempat ini sebagai kantor atau hotel tentunya harus berpikiran yang jernih,” ungkapnya.
(photo gedung Lawang sewu)

copas dari http://angelndevil10.wordpress.com/asal-usul-misteri-lawang-sewu/


No comments:

Post a Comment