Friday, July 22, 2011

Masturbasi: Antara Dosa dan Kebutuhan

Masturbasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja pada organ kelamin untuk memberikan rangsangan dan kenikmatan seksual tersendiri bagi yang melakukannya. Masturbasi sendiri, jika dilihat dari katanya, berasal dari bahasa latin yakni mastubare yang berasal dari kata mansu yang berarti tangan dan stuprare yang berarti penyalahgunaan, atau jika diartikan penyalahgunaan yang menggunakan tangan.
Namun orang-orang di Indonesia, khusunya kaum Adam, lebih menyukai dengan nama “mengocok”. Kata-kata ini sangat sering dipakai untuk menyebut masturbasi dan cukup sering dipakai terutama di kalangan remaja yang baru memasuki masa akil balik.
Lepas dari asal-usul kata masturbasi dan bagaimana cara penyebutannya, masih timbul berbagai kontroversi perihal masturbasi. Masturbasi berada pada ketegangan dua pihak, yakni dosa dan kebutuhan. Dari sudut pandang agama, ada anggapan bahwa masturbasi ini adalah perbuatan tercela yang tidak seyogyanya dilakukan. Hal ini mengingat bahwa ini bukanlah perbuatan yang mulia dan dengan sendirinya menunjukkan kekalahan terhadap keinginan nafsu birahi. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang kebutuhan, maka masturbasi ini akan dianggap merupakan kebutuhan biologis yang dapat memenuhi hasrat seksual seseorang.
Sudut pandang agama
Jika melihat dari sudut pandang penciptaan, mungkin sperma yang dikelurakan saat masturbasi ini bisa dikatakan sebagai sebuah “barang suci.” Hal ini disebabkan karena sperma berperan penting dalam mengerjakan karya Allah, yakni melakukan penciptaan manusia. Dalam hal ini, sperma kamudian bersinergi dengan ovum dalam melaksanakan proses penciptaan tersebut.
Jadi, sudah seyogyanya bagi kita, kaum adam, untuk tidak membuang-buang sperma yang pada hakekatnya bertujuan untuk meberuskan proses penciptaan manusia. Jika kemudian terjadi mimpi basah, mungkin hal ini masih dianggap lumrah mengingat tubuh manusia ini seperti mesin otomatis yang akan dengan sendirinya membuang sesuatu yang dianggap berlebihan. Yang menjadi substansinya adalah sperma tidak bisa begitu saja dibuang karena ia adalah bagian dari karya Allah di dunia ini.
Selain itu, dalam sudut pandang agama, masturbasi yang dilakukan baik oleh kaum adam dan kaum hawa pada dasarnya didasarkan karena adanya hasrat seksual, yakni bisa saja karena melihat seseorang atau gambar yang membangkitkan gairah seksual pada dirinya. Bahayanya, jika ini terjadi pada suami yang beristri maupun istri yang berusami, maka akan timbullah sebuah model perzinahan implisit. Dalam hal ini, perzinahan ini dikatakan implisit karena mereka hanya membayangkan berhubungan seksual dengan pria atau wanita yang dilihatnya tadi, yang pada hakekatnya bukan merupakan suami atau istri mereka secara sah.
Sudut pandang manusia
Jika dilihat dari faktor kemanusiaan, maka masturbasi ini dianggap wajar. Hal ini disebabkan karena pada hakekatnya seks merupakan kebutuhan biologis setiap manusia. Oleh karena itu, sangat wajar untuk memberikan rangsangan seks pada diri sendiri, apalagi ketika masih remaja, untuk mengetahui apakah organ seksualnya dapat berfungsi dengan baik.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan hubungan antara frekuensi ejakulasi dan resiko terkena kanker prostat. Kelenjar prostat berfungsi untuk menyimpan cairan seminal yang jika tersimpan terlalu lama bisa menjadi tidak sehat. Bagi sebagian pria, cairan seminal ini tidak menimbulkan masalah, namun ada juga sebagian pria yang akan beresiko terkena kanker prostat ketika mereka jarang berejakulasi.
Masturbasi juga memerlukan tenaga. Maka dari itu, kebanyakan dari kita, ketika setelah bermasturbasi, akan merasakan badan yang lelah. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan tersendiri bagi kita yang mungkin memiliki insomnia atau sejenisnya. Misalnya saja ketika kita masih tidak kunjung tidur saat malam sudah semakin larut, mungkin masturbasi ini bisa menjadi pilihan yang baik untuk membuat tubuh menjadi lelah sehingga dengan demikian bisa segera tidur.
Masturbasi pun bisa menjadi obat terampuh mencegah perzinahan. Ketika misalnya kita harus jauh dengan pasangan kita dan sangat merindukan hubungan seks, maka masturbasi ini bisa menjadi cara yang ampuh untuk mengobati kerinduan kita itu. Sejauh yang kita pikirkan adalah pasangan kita, saya rasa masturbasi ini sah-sah saja dan tidak mengandung unsur perzinahan sama sekali.
Masturbasi akan terus menjadi dilema yang tidak kunjung selesai jika terus dikaitkan antara sudut pandang agama dan manusia. Pada dasarnya, ini hanyalah sebuah masalah sederhana namun memerlukan jawaban yang kompleks karena dilihat dari dua sisi yang berbeda. Secara pribadi, saya merasa masturbasi itu sah-sah saja dilakukan selama kita tidak berlebihan melakukannya, yakni masih dalam batas wajar dan tidak menjadi addict dengan masturbasi ini.

No comments:

Post a Comment