Masturbasi adalah suatu kegiatan yang  dilakukan secara sengaja pada organ kelamin untuk memberikan rangsangan  dan kenikmatan seksual tersendiri bagi yang melakukannya. Masturbasi  sendiri, jika dilihat dari katanya, berasal dari bahasa latin yakni mastubare yang berasal dari kata mansu yang berarti tangan dan stuprare yang berarti penyalahgunaan, atau jika diartikan penyalahgunaan yang menggunakan tangan.
Namun  orang-orang di Indonesia, khusunya kaum Adam, lebih menyukai dengan nama  “mengocok”. Kata-kata ini sangat sering dipakai untuk menyebut  masturbasi dan cukup sering dipakai terutama di kalangan remaja yang  baru memasuki masa akil balik.
Lepas dari  asal-usul kata masturbasi dan bagaimana cara penyebutannya, masih  timbul berbagai kontroversi perihal masturbasi. Masturbasi berada pada  ketegangan dua pihak, yakni dosa dan kebutuhan. Dari sudut pandang  agama, ada anggapan bahwa masturbasi ini adalah perbuatan tercela yang  tidak seyogyanya dilakukan. Hal ini mengingat bahwa ini bukanlah  perbuatan yang mulia dan dengan sendirinya menunjukkan kekalahan  terhadap keinginan nafsu birahi. Sedangkan jika dilihat dari sudut  pandang kebutuhan, maka masturbasi ini akan dianggap merupakan kebutuhan  biologis yang dapat memenuhi hasrat seksual seseorang. 
Sudut pandang agama
Jika  melihat dari sudut pandang penciptaan, mungkin sperma yang dikelurakan  saat masturbasi ini bisa dikatakan sebagai sebuah “barang suci.” Hal ini  disebabkan karena sperma berperan penting dalam mengerjakan karya  Allah, yakni melakukan penciptaan manusia. Dalam hal ini, sperma  kamudian bersinergi dengan ovum dalam melaksanakan proses penciptaan  tersebut. 
Jadi,  sudah seyogyanya bagi kita, kaum adam, untuk tidak membuang-buang sperma  yang pada hakekatnya bertujuan untuk meberuskan proses penciptaan  manusia. Jika kemudian terjadi mimpi basah, mungkin hal ini masih  dianggap lumrah mengingat tubuh manusia ini seperti mesin otomatis yang  akan dengan sendirinya membuang sesuatu yang dianggap berlebihan. Yang  menjadi substansinya adalah sperma tidak bisa begitu saja dibuang karena  ia adalah bagian dari karya Allah di dunia ini.
Selain  itu, dalam sudut pandang agama, masturbasi yang dilakukan baik oleh kaum  adam dan kaum hawa pada dasarnya didasarkan karena adanya hasrat  seksual, yakni bisa saja karena melihat seseorang atau gambar yang  membangkitkan gairah seksual pada dirinya. Bahayanya, jika ini terjadi  pada suami yang beristri maupun istri yang berusami, maka akan timbullah  sebuah model perzinahan implisit. Dalam hal ini, perzinahan ini  dikatakan implisit karena mereka hanya membayangkan berhubungan seksual  dengan pria atau wanita yang dilihatnya tadi, yang pada hakekatnya bukan  merupakan suami atau istri mereka secara sah.
Sudut pandang manusia
Jika  dilihat dari faktor kemanusiaan, maka masturbasi ini dianggap wajar. Hal  ini disebabkan karena pada hakekatnya seks merupakan kebutuhan biologis  setiap manusia. Oleh karena itu, sangat wajar untuk memberikan  rangsangan seks pada diri sendiri, apalagi ketika masih remaja, untuk  mengetahui apakah organ seksualnya dapat berfungsi dengan baik. 
Selain  itu, penelitian menunjukkan bahwa ada kecenderungan hubungan antara  frekuensi ejakulasi dan resiko terkena kanker prostat. Kelenjar prostat  berfungsi untuk menyimpan cairan seminal yang jika tersimpan terlalu  lama bisa menjadi tidak sehat. Bagi sebagian pria, cairan seminal ini  tidak menimbulkan masalah, namun ada juga sebagian pria yang akan  beresiko terkena kanker prostat ketika mereka jarang berejakulasi.
Masturbasi  juga memerlukan tenaga. Maka dari itu, kebanyakan dari kita, ketika  setelah bermasturbasi, akan merasakan badan yang lelah. Hal ini tentu  saja memberikan keuntungan tersendiri bagi kita yang mungkin memiliki  insomnia atau sejenisnya. Misalnya saja ketika kita masih tidak kunjung  tidur saat malam sudah semakin larut, mungkin masturbasi ini bisa  menjadi pilihan yang baik untuk membuat tubuh menjadi lelah sehingga  dengan demikian bisa segera tidur.
Masturbasi  pun bisa menjadi obat terampuh mencegah perzinahan. Ketika misalnya  kita harus jauh dengan pasangan kita dan sangat merindukan hubungan  seks, maka masturbasi ini bisa menjadi cara yang ampuh untuk mengobati  kerinduan kita itu. Sejauh yang kita pikirkan adalah pasangan kita, saya  rasa masturbasi ini sah-sah saja dan tidak mengandung unsur perzinahan  sama sekali. 
Masturbasi  akan terus menjadi dilema yang tidak kunjung selesai jika terus  dikaitkan antara sudut pandang agama dan manusia. Pada dasarnya, ini  hanyalah sebuah masalah sederhana namun memerlukan jawaban yang kompleks  karena dilihat dari dua sisi yang berbeda. Secara pribadi, saya merasa  masturbasi itu sah-sah saja dilakukan selama kita tidak berlebihan  melakukannya, yakni masih dalam batas wajar dan tidak menjadi addict dengan masturbasi ini. 
 
 
No comments:
Post a Comment